Hidup adalah perjuangan

Minggu, 03 Mei 2015

Buat Sari



Ada yang tak kusudahi – Buat Sari
Ada yang tak sempat dibahasakan…
Musim pada seranting dahan yang memilin…

Hujan tak sempat menyatakan kerinduannya, saat mendung mulai   bergerak reda…
Tentang perpisahan yang diatur begitu menawan…
Ada yan g tak sempat terbahasa, saat kau menyeka  harapan tentang sebuah kebersamaan…
Perihal dingin yang tak sempat gigil, menyentakkan kat a yang terlanjur kesima…
Dan kau barang kali tak sampai percaya, bahwa… perpisahan adalah bagian dari musim yang tak memberitahu, apa itu sesal yang membatu…
Disini, kini aku mengenangmu lewat gerak musim yang menjadi lebih sayu dan sisa-sisa angin yang dipahat bisu, juga tentu,, bekas-bekas kenangan yang memudar.
Pilu.
                       

Segalanya akan masih bersamamu…
Awan yang suka suka terserak, warna senja  yang selalu baru, telaga yang meriak dihalaman pondok itu,  bahkan angin yang selalu setia dipangkuanmu,  menemani dan menjagamu agar tak merasa sendiri…
Semua masih akan tetap tinggal bersamamu…
Ketika kau batuk dan menyisakan sesak di dada,  ketika kau ingat jerit air yang mendidih dan buru-buru menuangkannya ke dalam ember untuk mandi pagi.
Ya,  semua akan masih bersamamu…
Ketika kau tak lagi mengingat alamat yang akan membawamu ke depan pintu rumahku.
Kursi tamu yang tua,  lukisan di dinding,  buku-buku yang tak tersusun rapi,   cangkir kopi dan mangkuk untuk sarapan bubur,   juga lagu di telepon selular yang selalu kau bilang padaku begitu merdu dank au bawa sampai tidur .
Semua itu akan dan selalu masih bersamamu,  sayang padamu.

Tentang nama itu…!!
Masih saja ada bisikan tentang sebuah nama,  yang pernah hadir mengisi puing-puing setiap keindahan…
Nama yang dulu bertahta melengkapi kekurangan sisi kesempurnaan…
Langkah demi langkah tertata menyusuri  jalan yang semakin terjal..
Berfikir,  takkan dihadang waktu. namun, yang menyusuri kian melelah…
Perlahan…
Tanpa arah, degan tertatih…,  langkah terhenti.
Meskipun demikian,  nama itu tetap utuh..
Mungkin saja, seakan kekal.
Mendung seakan mengikis, terang berikan kesan pudar, tapi keutuhannya takkan Lekang.

Askep Mastitis



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik psikologis, sosial maupun spiritual (Hubertin, 2003). Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yangmendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2000). Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkinmenyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak perlu.
Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atautanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikitsampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susulecet/nyeri sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang disebabkan karenameluasnya peradangan payudara.Sehingga dapat menyebabkan tidakterlaksananya ASI ekslusif (Soetjiningsih, 1997).
B. Rumusan Masalah
1.    Apakah definisi Mastitis?
2.     Apa saja etiologi Mastitis?
3.    Bagaimana manifestasi klinis Mastitis?
4.    Bagaimana Anatomi fisiologi Payudara ?
5.    Bagaimana patofisiologi Mastitis?
6.    Bagaimana penatalaksanaan Mastitis?
7.    Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Mastitis?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan kelompok dalam pembutan makalah ini, untuk memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah sistim reproduks,i guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan mengerti tentang mastitis, memahami konsep dasar teori mastitis dan memahami konsep Asuhan keperawatan pada pasien dengan Mastitis.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dalam proses belajar dan dapat diaplikasi pada saat memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN


A. Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324).
Mastitis merupakan infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.

2.      Etiologi
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokus aureus.
Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara ( misalnya : glandular, jaringan ikat, areolar, lemak ) oleh organisme infeksius atau adanya cidera payudara. Organisme yang umum termasuk S. aureus, streptococci, dan H. parainfluenzae. Cidera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, statis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura putting susu. Mastitis dapat disebabkan oleh :
a.       Bakteri dapat bersal dari beberapa sumber, seperti tangan ibu, tangan orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus darah sirkulasi.
b.      Infeksi jamur pada payudara juga dapat terjadi jika bayi mengalami sariawan, atau jika ibu mengalami infeksi jamur vagina persisten. Jika putting susu cidera, atau jika ibu menggunakan antibiotic yang mempengaruhi flora normal kulit, jamur payudara cenderung terjadi. Infeksi ini dapat diidentifikasi dengan awitan akut nyeri tajam, menusuk pada putting susu jika bayi menyusu. Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
c.       Statis ASI, Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jikapayudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

d.      Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu:
1)      Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21        tahun      atau di atas 35 tahun.
2)      Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3)      Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.
4)      Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5)      Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksi dan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6)      Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7)      Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak. Stress dan keletihan dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal karena stress dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik penanganan, terutama saat mencuci tangan, atau melewatkan waktu menyusui, atau mengubah frekuensi menyusui yang dapat menyebabkan pembesaran dan stasis.
8)      Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9)      Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

3.      Manfestasi Klinis
a.       Nyeri payudara dan tegang atau bengkak, terlihat membesar
b.      Kemerahan dengan batas jelas
c.       Biasanya hanya satu payudara
d.      Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
e.       Teraba keras dan benjol-benjol
f.       Merasa lesu
g.      Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38 0C

4.      Klasifikasi Mastitis
Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
a.       Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
b.      Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu.
c.       Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.

Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
a.       Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
b.      Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
c.       Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

5.      Anatomi Fisiologi Payudara
Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Payudara berfungsi memproduksi ASI terdiri dari lobules-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri pembeda pada semua mamlia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering berukuran tidak sama.
Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-bata yang tampak dari sebagai berikut:
-          Superior : iga II atau III
-          Inferior: iga VI atau VII
-          Medial: pinggir sternum
-          Lateral: garis aksillars anterior

Kulit puting susu berpigmen banyak yang tidak berambut. Papilla dermis mengandug banyak kelenjar sabasea. Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadan mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua gari khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak luru. Jika payudara dibayangkan sebgai piring sebug jam, satu gari menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadra yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral)atas adalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infro medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menajdi tempat neoplasia. Pada kuadran media atas da lateral bawah, jaringa kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang dikuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Jaringan kelenjar, duktus dan jaringan penyokong. Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesamspainya di belakang areola. Pada retro areola. Pada retro areolar ini , duktus yang berdilatasi itu mejadi lembut kecual ibu selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan kea rah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius labus itu. Setiap loblus atas sekelompok alveolus yang bermuar ake adalam laktiferus (saluran airu susu) yang bergabung dengan duktus-duktus linnya untuk membentuk saluran yang lebih besr dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, membesar untuk wasah penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus) kemudia salura-saluran itu tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligmentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfugsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Pembuluh darah / vaskularisasi payudara
a.       Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari:
-          Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I,II,II,IV,V dari a. mammaria interna menembus didinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan meberi pendarahan tepi medial glandulla mamma.
-          Rami pektoralis arteri  thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun di antaara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bgagian dalam (deep surface)


-          Arteri thorakalis lateralis (arteri mammae eksternal)
Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi laterl minggu pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
-          Arteri thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabanga dari a. subskapularis. Arteri ni mendarahi m. latissmus dorsi dan minggu serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal masterktomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.

b.       Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:
-          Cabang-cabang perforantges v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena tersebar yang mengalirkan darah dari payudara vna ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. mnominata.
-          Cabang-cabang vena aksillaris yang terdiri dari vena thorako-akromialis, thoraklais lateralis dan vena thorako-dorsalis.
-          Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudia bermuara pada . Azygos (melalui vena-vena metastase dapat langsung terjadi di paru).
Sistem limfatik pada payudara
a.       Pembuluh getah bening
-          Pembuluh getah bening aksilla
Pembuluh getah bing aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara

-          Pembuluh getah bening mammar interna
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlai s lalu menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Lalu jalan ke medal bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus m./ interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah benin mamari interna. Dari kelenjar mammary interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta( untuk sisi kanan)
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah being dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

b.      Kelenjar-kelenjar getah bening
-          Kelenjar getah bening aksilla
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:
Kelenjar geth bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:
·         Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
·         Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
-          Kelenjar getah bening scapula.
Terletak sepajang c asa subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya v.thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
-          Kelenjar getah bening sentral (central nodes).
Terletak di dalam jaringa lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kria pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesa dan terbanyak jumlahnaya.
-          Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes).
Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat.
-          Kelenjar getah v. aksillaris.
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampi ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepenjnag c.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
-          Kelenjar getah bening prepektoral
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringa payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.


-          Kelenjar getah bening interna
Kelenjar-kelenjar ini tersebut sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah.
Susunan saraf
Susunan saraf payudara berasal dari cabangcutaneneous cervical dan saraf thirak spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari cervical plexus melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua. Cabang-cabang ini menyumplai sensor ke bagia payudara atas, saraf thoracic spinal, T3, T6 membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot peectoralis major dekat sternum unutk menyuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2 memasuki bagian atas tubuh safaf intercostobrachial dan menyuplai sensor ke aksila. Susunan saraf areola dan puting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang bercabang-cabang dengan membentuk membulat.
Laktasi
Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20 percabangan duktus yang terbuka melalui sinus ke atas permukaan putting susu. Terdapat benang-benang menyangga dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel lemak di anta lobulus.
Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah pubertas, kaerna keterlibatan estrogen, tetapi sekretorius asini hanya berkembang pada kehamilan di bawah pengaruh kadar progesterone yang tinggi. Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar hipofisis, meningkatkan aksi baik pada estrogen maupun progesterone.
Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang sekresi air susu ibu oleh kelenjar asini. Sekresi yang pertama dihasilkan adalah kolostrum cairan yang kaya akan protein yang mengandung antibody. Setelah hari ketiga terbentuk laktasi normal.
Penghisapan bayi pada payudara merangsang putting susu menyebabkan refleks sekresi dari hormin oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown”  terbentuk pada beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.
Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria interior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya / keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.
Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar lewat payudara dan dapat diekstaksi bahan penting  untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari darah sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongkannya menuju ke tubuli laktifer.
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae: tekanan dari belakang dan efek neurohormonal.

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a.       Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
-          Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
-          Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
-          ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

b.      Areola (bagian yang kehitaman di tengah)
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

c.       Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

6.      Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen  pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Stasis ASI à peningkatan tekanan duktus à jika ASI tidak segera dikeluarkan à peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan à sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan à permeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel à memicu rrespon imun à respon inflmasi dan kerusakan jaringan yang mempermudah terjadinya infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus)  àdari port d’ entry yaitu: duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara hematogen.



7.      Penatalaksanaan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus itu.
a.       Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan membuat banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
b.      Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :
-       Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
-       Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan
-       Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi
c.       Terapi antibiotic
Terapi antibiotik diindikasikan pada :
-       Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
-       Gejala berat sejak awal
-       Terlihat puting pecah-pecah
-       Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
-       Bantulah ibu agar tetap meneteki
-       Bebat/sangga payudara
-       Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri
-       Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
-       Antibiotik laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.
Antibiotik Dosis
-          Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
-          Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
-          Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
-          Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
-          Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
d.      Terapi simtomatik
-          Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting, karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu.
-          Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum cairan.
8.      Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
a.       Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
-          Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
-          Menyusui dengan posisi yang benar 
-          Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
-          Makan dengan gizi yang seimbang
Hal-hal yang mengaggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain :
-          Pengunaan dot, pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
-          Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk menghisap payudara yang lain.
-          Beban kerja yang berat atau penuh tekanan 
-          Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam 
-          Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.

b.      Penatalaksaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
-          Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
-          Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki tanpa batas.
-          Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan ASI

c.       Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri/panas/kemerahan :
-          Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
-          Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
-          Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
-          Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
-          Sering menyusui pada payudara yang terkena.
-          Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat/pancuran.
-          Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
-          Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan harinya.

d.      Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
-          Nyeri/puting pecah-pecah
-          Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
-          Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan payudara)
-          Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
-          Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
-          Pengenalan makanan lain secara dini
-          Menggunakan dot
e.       Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.

9.      Komplikasi
a.       Galaktokele
b.      Kelainan puting susu
c.       Kelainan dalan keluarnya air susu
d.      Penghentian laktasi

B. Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat, dan lain sebagainya hal yang dianggap perlu.

b.      Keluhan utama
Biasanya pasien dengan mastitis mengeluh adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.

c.       Riwayat Kesehatan
-          Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri pada payudara, payudara terlihat bengkak dan berwarna merah, ada luka lecet pada putting susu, pada saat pengkajian.
-          Riwayat Sesehatan Dahulu
·         Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
·         Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
-          Riwayat Kesehatan Keluarga
·         Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

d.      Pengkajian Data Dasar
-          Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi: masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal, dimana tidak perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya. Pasien dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih.
-          Pola Nutrisi / Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis. Dengan adanya asupan garam yang tinggi maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI, sehingga bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena terasa asin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara ( Stasis ASI ) yang dapat memicu terjadinya mastitis. Wanita dengan anemia juga akan beresiko mengalami mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis).
-          Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang spesifik akibat terjadinya mastitis.
a.       Tidak ada nyeri saat berkemih
b.      Konsistensi dan warna normal
c.       Jumlah dan frekuensi berkemih normal
-          Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas tergangu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertemi: > 38 derajat C) dan nyeri. Sehingga biasanya pasien akan mengalami penuunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul.
-          Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur terganggu akibat kurang nyaman saat tidur, mengeluh nyeri.
-          Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami, anggapan yang ada hanya nyeri biasa.
-          Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido.
-          Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan, lebih banyak umtuk istirahat karena nyeri.
e.       Pengkajian Fisik
-          Tanda-tanda Vital
Tekanan darah: pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal 120/80 mmHg
Nadi: pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan 90-110/menit.
Pernafasan: pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan mengalami peningkatan 30x/menit.
Suhu: suhu wanita setelah partus dapat terjadi peningkatan suhu badan yaitu tidak lebih dari 37,2°C dan pada ibu mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 39,5°C
-          Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area payudara sehingga perlu pemeriksaan yang terfokus pada payudara.
-          Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan. Namun biasanya ibu dengan mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu.
-          Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan.
-          Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis. Dimana anemia merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya mastitis, karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi.
-          Hidung
Tidak ada gangguan.
-          Mulut
Tidak ada gangguan.
-          Telinga
Tidak ada gangguan.
-          Tenggorokan
Tidak ada gangguan.
-          Leher
Tidak ada pembengkakan atau perubahan fisik.
-          Kelenjar Getah Bening
Pada kelenjar getah bening yang terdapat pada area ketiak terjadi pembesaran, pembesaran getah bening diposisi yang sama dengan payudara yang terkena mastitis.
-          Payudara
Pada daerah paudara terlihat kemerahan atau mengkilat, gambaran pembuluh darah terlihat jelas dipermukaan kulit, terdapat luka atau lesi pada puting payudara, payudara teraba keras dan tegang, payudara teraba hangat, terlihat bengkak dan saat dilakukan palpasi terdapat pus.
-          Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris. Tidak ada gangguan.
·         Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I-II intensitas normal, regular
·         Paru-paru
Inspeksi: pengembangan dada kanan=kiri simetris
Palpasi: fremitus raba dada kanan=kiri
Perkusi: sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+)
-          Abdomen
Inspeksi: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post parturn sehingga pembesaran fundus masih terlihat.
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: tympani
Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b.      Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan terhentinya menyusui sekunder akibat ibu yang sakit, bayi tidak mau menyusui
c.       Resti infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
d.      Ansietas berhubungn dengan proses penyakit
e.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit
f.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi



3.      Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :
Mengatasi nyeri
KH :
a.  Nyeri teratasi/hilang
b. Payudara tidak benkak
c.  Suhu tubuh normal dan dapat menyusui bayinya dengan nyaman.
a.  Kaji nyeri secara kompeherensif
b.  Berikan kompres hangat
c.  Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan payudara
d. Anjurkan klien untuk tidak menggunakan penyangga yang terlalu ketat
e. Kolaborasi dalam melakukan insiden biopsy jika ada abses.
2.
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan terhentinya menyusui sekunder akibat ibu yang sakit, bayi tidak mau menyusui
Tujuan :
Pemberian ASI pada bayi efektif.
KH :
a.    Ibu dapat menyusui banyinya dengan rileks.
b.   Bayi mau menyusui lagi.
c.    Tidak ada lagi puting susu luka atau lecet.
a. Anjurkan ibu untuk mengolekan baby oil pada puting sebelum dan sesudah menyusui.
b. Ajarkan cara menyusui yang tepat agar tidak terjadi luka pada putting
c. Lakukan perawatan payudara dan anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara secara tepat.
d.Anjurkan ibu menyusui dengan menggunakan putting susu secara perlahan-lahan.  
3.
Resti infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

Tujuan :
Tidak terdapat tanda dan gejala terjadinya infeksi.
KH :
a.       TTV dalam batas normal
b.      Mamae tidak merah dan regang lagi
c.       Tidak ada tanda infeksi
a. Kaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi.
b. Lakukan perawatan luka/abses dengan set yang steril.
c. Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap.
d.Kolaborasi dalam melakukan insisi/biopsy dan pemberian antibiotic.
e. Berikan informasi pentingnya menjaga personal hygiene.  










BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Mastitis merupakan infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara ( misalnya : glandular, jaringan ikat, areolar, lemak ) oleh organisme infeksius atau adanya cidera payudara. Adapun gejala yang timbul pada penderita mastitis diantaranya yaitu nyeri payudara dan tegang atau bengkak, terlihat membesar, kemerahan dengan batas jelas, biasanya hanya satu payudara, teraba keras dan benjol-benjol, suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38 0C.
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, seharusnya kita bisa lebih paham lagi tentang mastitis. Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Kelompok berharap pembaca dapat memahami isi makalah ini dan bermanfaat dalam penerapan ilmu keperawatan.