Hidup adalah perjuangan

Senin, 12 Oktober 2015

Askep Sinusitis

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan menimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.
B. Tujuan
1.    Dapat mengetahui anatomi sinus
2.    Dapat memahami definisi sinusitis.
3.    Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
4.    Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
5.    Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
6.    Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis
7.    Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
8.    Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
9.    Dapat memahami woc (web of caution) dari sinusitis.
10.     Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar
1. Definisi
Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Sinus merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa.
Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.

2. Klasifikasi
Sinusitis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.    Sinusitis akut
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3 minggu.
yang termasuk  sinusitis akut yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
b.    Sinusitis kronis
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.



3. Etiologi
a.    Pada Sinusitis Akut, yaitu:
·      Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
·      Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
·      Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
·      Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
·      Septum nasi yang bengkok
·      Tonsilitis yg kronik
b.    Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
·      Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
·      Alergi
·      Karies dentis ( gigi geraham atas )
·      Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
·      Benda asing di hidung dan sinus paranasal
·      Tumor di hidung dan sinus paranasal.




4. Manifestasi Klinis
a.    Tanda dan Gejala Umum :
·      Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah
·      Nyeri pada :
Ø Pipi : biasanya unilateral
Ø Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
Ø Gigi (geraham atas) homolateral.
Ø Hidung : buntu homolateral, Suara bindeng
b.    Tanda dan Gejala Khusus :
·      Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
·      Sinusitis etmoid akut
Gejala : Ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
·      Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
·      Sinusitis sphenoid akut
Gejala: Nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring.
·      Sinusitis Kronis
Gejala : Pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.




5. Anatomi Fisiologi
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Rongga sinus terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a.    Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis
b.    Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung
c.    Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung
d.   Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata

6. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi:
a.    Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu.
b.    Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan.

Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
7. Pemeriksaan Penunjang
a.    Rinoskopi
Rinoskopi anterior :
·      Mukosa merah
·      Mukosa bengkak
·      Mukopus di meatus medius
Rinoskopi posterior :
·      Mukopus nasofaring
b.    Nyeri tekan pipi yang sakit
c.    Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit
d.   X Foto sinus paranasalis
·      Kesuraman
·      Gambaran “airfluidlevel”
·      Penebalan mukosa

8. Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan Medis
·      Drainage
Ø Medical
Dengan pemberian obat, yaitu
Dekongestan local : efedrin 1% (dewasa),  ½ %(anak).
Dekongestan oral : sedo efedrin 3 X 60 mg
Ø Surgikal : Dengan irigasi sinus maksilaris
·      Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu :
Ø Ampisilin 4 X 500 mg
Ø Amoksilin 3 x 500 mg
Ø Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Ø Diksisiklin 100 mg/hari
·      Pemberian obat simtomatik
Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg
·      Untuk Sinusitis kromis bisa dengan
Ø Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Ø Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Ø Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).

b.    Penatalaksanaan Pembedahan
Dapat dilakukan pencucian sinus paranasal :
·      Pada sinus maksila
Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan larutan garam fisiologis.
Macam-macam pembedahan sinus maksila
Ø Antrostomi
Ø Operasi Caldwell-Luc
·      Pada sinus frontal, etmoid dan sphenoid
Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz.
Pembedahan ini dilakukan :
Ø Bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.
Ø Bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.
Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan) dengan CT scan.

9.    Komplikasi
a.     Kelainan pada Orbita
Ø Peradangan atau reaksi edema yang ringan.
Ø Selulitis orbita
Ø Abses subperiosteal
Ø Abses orbita
Ø Thrombosis sinus kavemosus

·      Kelainan intracranial
Ø Meningitis akut
Ø Abses dura
Ø Abses subdural
Ø Abses otak
·      Osteitis dan Osteomylitis.
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.
·      Mukokel
Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
·      Pyokokel.
Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat.



B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.    Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan
c. Riwayat Kesehatan
·      Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman berkurang.
·      Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma, Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Klien pernah menderita sakit gigi geraham.
·      Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
e. Pemeriksaan Fisik
·      Pemeriksaan tanda-tanda vital
·      Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
·      Pernafasan B1 (breathing)
I    : Adanya retraksi otot bantu napas, sesak napas
P   : Fokal fremitus normal
P   : Sonor
A  : Suara napas ronkhi
·      Persyarafan B3 (brain)
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen)
·      Pola nutrisi
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung, klien terlihat lesu.
·      Pola istirahat
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
·      Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kondisi tubuh lemah
2. Diagnosa keperawatan
a.    Bersihan jalan nafas tidak efetif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret yang mengental
b.    Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
c.    Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
d.   Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan manurun sekunder dari peradangan dengan sinus

3.    Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
NOC
NIC
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret yang mengental

a. Menujukan pembersihan jalan napas yang efektif
b. menunjukan kepatenan jalan napas
Manajemen jalan napas
a.    Kaji penumpukan secret
b.    Buka jalan napas
c.    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d.   Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
e.    Kolaborasi nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan secret
Suction jalan napas
a.     Pastikan kebutuhan oral atau trakea
b.    Pantau status oksigen pasien
c.     Informasikan pada klien dan keluarga tentang suction
d.    Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan
e.     Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
2.
Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

a.    Memperlihatkan pengendalian nyeri
b.   Menunjukan tingkat nyeri
Managemen nyeri
a.    Lakukan pengkajian nyeri secara kompeherensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
b.    Observasi reaksi non verbal dan tidak kenyamanan
c.    Ajarkan teknik non farmakologi
d.   Anjurkan pasien tingkatkan istirahat dan tidur
e.    Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
Pemberian analgesic
a.    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b.    Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, frekuensi
c.    Cek riwayat alergi
d.   Tentukan anlgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
e.    Monitor vital sig sebelu dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia  sekunder akibat peradangan dengan sinus.

a.   Menunjukan status gizi yang adekuat
b.  Berat badan dalam batas normal
Managemen nutrisi
a.    Ketahui makanan kesukaan pasien
b.   Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d.   Timbang pasien pasa interval yang tepat
e.    Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaiman memenuhinya
Monitor nutrisi
a.    Monitor adanya penurunan berat badan
b.   Monitor tipe dan jumlah aktivitas
c.    Monitor mual muntah
d.   Monitor kalori dan intake nutrisi
e.    Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan Ht
4.
Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

a.   Suhu tubuh dalam batas normal
b.  Tidak ada perubahan warna kulit
Terapi demam
a.    Monitor vital sign
b.   Monitor warna kulit
c.    Monitor intake dan output
d.   Berikan antipiretik
e.    Kolaborasi pemberian cairan intravena
Temperature regulation
a.    Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b.   Rencana monitoring suhu secara kontinyu
c.    Monitor TD, RR dan nadi
d.   Monitor warna kulit
e.    Tingkatkan intake dan output




BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Sinusitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dan jamur, juga bisa terjadi karna peradangan dalam rongga hidung yang terlalu lama. Gejala awal biasanya demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
Ada beberapa komplikasi yang disebabkan oleh sinusitis ini diantaranya, Peradangan atau reaksi edema yang ringan, Selulitis orbita, Abses subperiosteal, Abses orbita, Thrombosis sinus kavemosus.

B. Saran
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita, sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Untuk itu perlunya bagi kita menjaga ling

3 komentar: