Hidup adalah perjuangan

Senin, 12 Oktober 2015

Askep Tumor Tulang

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang lunak. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur tersebut (Patofisiologi, 2002).  Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.
Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna Bone Tumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan organ-organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak.
Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang (kurang dari 1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan dampak yang cukup fatal bagi penderitanya. Penderita tumor tulang seringkali merasakan nyeri yang hebat bahkan pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain itu penderita juga dapat berisiko mengalami cidera akibat fraktur patologik.
Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan, karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan bergerak. Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya pada kemoterapi dan pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahui tumor tulang Benigna dan Maligna secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perawat mampu bertindak secara profesional dalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yang supportif pada penderita tumor tulang.

B. Rumusan Masalah
1.    Apakah definisi Tumor tulang?
2.     Apa saja etiologi Tumor tulang?
3.    Apa saja faktor risiko terjadinya Tumor tulang?
4.    Apa saja jenis-jenis Tumor tulang?
5.    Bagaimana patofisiologi Tumor tulang?
6.    Bagaimana manifestasi klinis Tumor tulang?
7.    Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor tulang?
8.    Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumor tulang?

C. Tujuan Penulisan
Adapun  tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Menjelaskan definisi Tumor tulang
2.    Menjelaskan etiologi Tumor tulang
3.    Menjelaskan faktor risiko terjadinya Tumor tulang
4.    Menjelaskan jenis-jenis Tumor tulang
5.    Menjelaskan patofisiologi Tumor tulang
6.    Menjelaskan manifestasi klinis Tumor tulang
7.    Menjelaskan penatalaksanaan medis Tumor tulang
8.    Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor tulang

D. Manfaat Penulisan
1.      Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta patofisiologi Tumor tulang
2.      Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor tulang
3.      Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan Tumor tulang



BAB II
PEMBAHASAN


A. Konsep Dasar
1.    Definisi
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology disease).
2.    Etiologi
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen. Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu benigna bone tumor dan maligna bone tumor.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551, “Basic of Pathology Disease”). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.
a.    Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.
b.    Paparan radiasi
c.    Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA pada tulang faktor genetik contohnya:
1)   Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
2)   Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis, eksostosis herediter multipl
3)    L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit, hipogonadism, dan katarak
4)   Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang mengandung karbon.
3.    Klasifikasi Tumor Tulang
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang benigna terdiri atas :
1)   Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
2)   Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan kadang-kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ileum.
3)   Osteohondroma, bukan neoplasma sejati, berasal dari sel-sel yang tertinggal pada permukaan tulang, lapisan kartilago pada osteochondroma dapat mengalami transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi chondrosarkoma.
a.    Tumor tulang maligna terdiri dari :
1)   Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang karena itu tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif terutama dibagian distal femur bagian proksimal tibia dan hemerus.
2)   Ewings sarkoma, adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra, skapula.
3)   Multiple myeloma secara patologi tedapat focus distrakdi tulang yang multiple.
4)   Fibrosarkoma adalah tulang yang biasanya menuju kearah ujung korpustulang panjang terutama tulang femur dan tibia.
5)   Chondro sarkoma,timbul dari ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang pipih seperti pelvis dan skapula.
Tumor tulang maligna sekunder yaitu berasal dari metaste tumor, misalnya tumor payudara, bronkus, prostat dan ginjal. Contoh dari tumor maligna sekunder adalah osteosarkoma dan osteogeniksarkoma.
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer.
Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor metastatik paling sering menyerang kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.
4.    Manifestasi Klinis
a.    Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresifitas penyakit)
b.    Peningkatan kadar fosfate alkalis serum
c.    Keterbatasan gerak
d.   Kehilangan berat badan
e.    Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena
f.     Lesi primer dapat mengenai semua tulang
g.    Malaise dan Demam
5.    Anatomi Fisiologi
Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh yang mempunyai kerangka protein dan diperkuat kalsium, di mana lapisan luar tulang mempunyai saraf dan jaringan pembuluh darah yang kecil. Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periusteum. Dikenal juga sebagai osseus tissue, yaitu sejenis endoskeletal keras yang menjadi jaringan penghubung yang ditemukan pada banyak hewan vertebrata (bertulang belakang). Ada beberapa jenis sel penyusun tulang yaitu, osteoblas, osteosit, danosteoklas. Osteoblas berfungsi sebagai sintesis kolagen dan substansi dasar serta mengangkut mineral untuk kalsifikasi. Osteosit berfungsi membentuk dan meresorbsi tulang. Sedangkan Osteoklas bersama hormon paratiroid meresorbsi tulang.
Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan dan kemudian berlangsung terus sampai decade kedua dalam susunan yang teratur. Organ ini merupakan organ yang mendukung struktur tubuh, melindungi organ-organ internal, serta memungkinkan pergerakan atau perpindahan. Otot-otot skeletal (kerangka) melalui tendon (urat daging) menghubungkan tulang-tulang panjang, dan ligamen (ikatan sendi tulang) menghubungkan tulang dengan tulang sendi. Pada sumsum tulang merah (pada matriks tulang spongy) diproduksi sel darah merah, sementara pada diaphysis diproduksi sel darah putih. Secara umum, kerangka tubuh manusia dewasa terdiri dari 206 tulang
Terdapat dua hormon yang sangat berpengaruh pada proses pembentukan dan reabsorbsi tulang yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon paratiroid berfungsi untuk mengabsorbsi garam kalsium dari tulang dan menyuplainya dalam darah, sedangkan hormon kalsitonin berlawanan dengan efek paratiroid yaitu mengambil garam kalsium dari darah dan sistem pencernaan.




6.    Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma) dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang cepat pada tulang, sel-sel plasma yang belum matang / tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama pada pasien yang menderita penyakit paget’s. hal ini dimanifestasikan dengan nyeri bengkak, terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin / bence jones protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan dua alasan utama, yaitu :
a.    Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b.    Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen dan turut serta dalam fungsi hemostatik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif2KAJeNdQp-CmMPzvRuoJjjsVdncCFDKdTLV1cSWjGoN7jF9H3t8IMwq1Lti9HH5E5UeOOx3tlmCqH2m1Vfani8tZ-AA-1ybLdSpUHWnxkiL5xjyhDG1y_BtrFY5r2uMWjo6Kh80P9FNG/s1600/path_bedah.gif
7.    Pemeriksaan Penunjang
a.     CT Scan (Computed Tomography Scan).
b.    MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c.    Biopsi
d.   Sinar-x (foto rontgen)
e.    Pemeriksaan Laboratoruim Darah Lengkap
f.     Pemindaian tulang
g.    Mielogram
h.    Arteriografi
8.    Penatalaksanaan
a.    Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor secara histologis, tetapi mempertahankan struktur-struktur neurovaskuler yang utama.
b.    Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi. Indikasi amputasi primer adalah lesi yang terjadi secara lambat yang melibatkan jaringan neurovaskuler, menyebabkan firaktur patologis (terutama raktur proksimal), biopsi insisi yang tidak tepat atau mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang luas.
c.    Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari jaringan normal dari jaringan disekitarnya, pegankatan seluruh serabut otot mulai dari origo sampai insersinya dan reseksi tulang yang terkena termasuk struktur pembuluh darah.
d.   Prosedur tikhofflinbekrg, teknik pembedahan ini digunakan pada  lesi humerus bagian proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula, bagian humerus dan klavikula
e.    Pilihan Rekonstruksi
Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan ekstremitas, usia, insisi biopsi dan fungsi pasca bedah ekstremitas yang dipertahankan lebih dari fungsi alat prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai bahan logam maupun sintesis.


f.     Kemoterapi
Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan agen alkilating kemoterapi yang dikombinasikan yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pembedahan dengan tujuan untuk membasmi lesi mikrometastik.
g.    Terapi Radiasi
Percobaan untuk sakoma jaringan lunak saat ini dengan menggunakan doksorubisin / sisplatin diikuti radiasi sebesar 2800 cGy.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Dalam  biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lain-lain yang dianggap perlu.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu makan berkurang dan sakit kepala.
c.    Riwayat kesehatan dahulu
1)   Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2)   Kemungkinan pernah mengalami fraktur
3)   Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal
4)   Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
e.    Pemeriksaan fisik
1)   Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
2)   Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3)   Adanya tanda-tanda inflamasi
4)   Pemeriklsaan TTV klien
f.     Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan.
b.    Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
d.   Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja.
e.    Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.
3. Intervensi

No.
Diagnosa
NOC
NIC
1.
Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan.

Tujuan :
Nyeri teratasi
KH :
Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

Manajemen Nyeri :
a. Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)
b. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (musik, televisi)
c.    Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
d.   Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
e.    Kolaborasi pemberian analgesik
2.
Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.

Tujuan :
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan.
KH:
a.    Pasien tampak rileks
b.    Melaporkan berkurangnya ansietas
c.    Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

a.     Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
b.     Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis
c.     Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
d.    Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
e.     Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.

3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

Tujuan :
Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH :
a.    Penambahan berat badan
b.    Bebas tanda malnutrisi
Manajemen Nutrisi :
a.    Ketahui makanan kesukaan pasien
b.   Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d.   Timbang pasien pasa interval yang tepat
e.    Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaiman memenuhinya







BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology disease).
Tumor tulang biasanya muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen.
B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit tumor tulang ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar